Sedikit Cerita Tentang (Aku dan) #AADC2 [No Spoiler]

9:28 PM

Udah pada nonton #AADC2? Seru banget, ya! Oke, di postingan ini saya nggak akan bahas tentang gimana alur ceritanya. Ya.. Kalian tau, kan, gimana rasanya hasil karya kita yang masterpiece banget dibocorin ke orang-orang gitu aja? Sakitnya tuh nggak cuma disini.... tapi dimana-mana.

Sebagai penggiat seni, saya tahu banget rasanya. So, artikel ini bukan membahas spoiler #AADC2, ya.. :))
***


Pas AADC 1, itu saya masih kelas 3 SD, loh. Saya inget banget, abis seneng-senengnya nonton film Petualangan Sherina. Emang sih, dulu enggak boleh nonton AADC karena masih di bawah umur :)) Tapi karena kebetulan Ayah saya rekanan sama orang-orang Miles Film, jadilah saya punya DVD-nya duluan sebelum dilempar ke pasaran. Pun bersama skenario aslinya yang sampe sekarang, skenario ini jadi contoh saya buat nulis atau mengembangkan ide cerita secara baik dan benar. 


Fyi, skenario ini juga membantu saya banget waktu ngerjain tugas broadcasting pas bikin script film. Hahaha.

Saya jatuh cinta sama film Indonesia itu, ya, AADC. Sampai hafal quote dan percakapan-percakapan pentingnya. Makanya, ketika #AADC2 keluar, super excited! Udah mana background settingnya dominan di Jogja, premiere-nya pun di Jogja, which is tempat kuliah saya selama 3.5 tahun terakhir. Boom! Seandainya saya masih tinggal di Jogja, mungkin saya bakalan datengin acara premiere itu, deh.

Tokoh

Di film #AADC2, Genk Cinta masih tetep eksis dengan kualitas persahabatannya yang bermutu banget! Alias menginspirasi siapapun, yang kemudian pengen banget punya persahabatan yang tulus dan awet kayak gitu. 


Masing-masing dari genk Cinta; Cinta, Karmen, Maura dan Milly, tetap konsisten dengan karakternya masing-masing. Cinta si anak kreatif dan independen, Karmen si tomboy dan pelindung temen-temennya, Maura si centil dan rempong tapi keibuan, juga si Milly yang dulunya suka telat mikir dan sekarang tetep jadi yang paling lucu diantara semua anggota Geng Cinta. Semuanya masih saling melengkapi apa adanya, masih sama seperti jaman SMA dulu kala.

Wait, di dalam cerita, Alya kemana? Tonton aja deh, nanti juga tau :)

Alur Cerita

Masih ada juga si Mamet yang dulu mobilnya dipinjem Genk Cinta buat nyusul Rangga ke airport tapi doi malah ketinggalan di airport pas pulang. Uniknya, Miles memang sama sekali nggak mau memunculkan 'banyak' Mamet di trailer #AADC2. Nampaknya Miles bener-bener pengen memainkan logika penonton untuk sama-sama merakit cerita dengan flashback dan inget-inget cerita AADC1 kemudian mengaitkannya dengan alur cerita #AADC2.

Penonton bener-bener dibuat berpikir, mengaitkan pola demi pola sampai akhirnya kita jadi tahu;
"Oh.. ternyata dia begini." / " Oh.. ternyata dia begitu ya selama ini."

As fabulous as that :)

Awal mula ke-gagal-moveon-an dimulai. Susah move on ya, Cin?
Sepanjang cerita, kita bener-bener disuguhkan selipan-selipan percakapan yang menunjukkan benang merahnya #AADC2 dari #AADC1. Itu yang bikin otak penonton secara otomatis berpikir, mengingat ulang untuk sesaat, kemudian kembali menikmati cerita #AADC2 karena sudah mengerti benang merahnya.

Bagi penonton yang udah pernah nonton AADC1, penonton bener-bener diarahkan supaya nggak melupakan adegan demi adegan yang terjadi di AADC1. Tapi, buat penonton yang belum pernah nonton AADC1, kalau nikmatin #AADC2 ini saya rasa nggak ada masalah. Laju cerita tetap bisa dinikmati secara normal layaknya film biasa, bukan seri sekuel. Bener-bener briliant deh, Miles ini.


Yang lebih asyik dari #AADC2, endingnya sebenernya agak sulit ditebak. Emosi juga akan dibawa naik turun dari kisah klasiknya Cinta dan Rangga. Pilihan endingnya itu cuma ada dua, kan, apakah Rangga-Cinta itu balikan, atau berpisah untuk selama-lamanya. 

Miles Film mampu membuat ekspektasi penonton jadi agak terombang-ambing. Disaat udah mengira mereka bakal balikan, eh, tiba-tiba ada kejadian yang bikin persepsi kita berubah bahwa kayaknya mereka bakalan pisah. Begitu juga sebaliknya. Sekali lagi, filmnya enak dinikmatin karena bikin mikir.


Soal baper alias bawa perasaan, to be honest saya justru lebih baper dengan adegan-adegan persahabatan Geng Cinta. Ada beberapa scene antara Cinta, Karmen, Maura dan Milly yang bikin mata saya berkaca-kaca, keinget sahabat-sahabat saya. Yap, beberapa adegan lainnya tentang persahabatan Geng Cinta justru lebih bikin hati ini bilang, "Sweet..." dibanding adegan Cinta dengan Rangga jalan-jalan dan baper-baperan keliling Jogja.

Sebagai pemeran utama, perasaan Cinta pastinya jadi pusat perhatian banget, dong. Buat cewe-cewe yang setidaknya punya kisah yang sama atau mirip-mirip dikit sama kisahnya Cinta, dijamin pasti baper maksimal. Tapi, saya justru melihat perasaan dan sikap Cinta ini wajar-wajar aja. Sebenernya sih, keadaan yang membuat Cinta jadi galau nggak karuan begini. 

Oh ya, Miles juga menyelipkan beberapa scene yang sedikit 'ndagel' alias humoris diantara Cinta dengan Rangga. Meskipun nggak banyak, tapi scene ini bisa mencairkan suasana bahwa ternyata #AADC2 ini nggak 100% serius, masih ada 10%-nya sisi humor yang sering banget kita temuin sehari-hari.

Setting Lokasi

Selain cerita, saya pribadi juga menikmati setiap setting ceritanya. Jogja :) Kangen banget! 
Yakin, deh. Tempat-tempat yang dijadiin setting buat #AADC2 pasti tambah nge-hits dikalangan anak gaul Jogja dan juga wisatawan. Dijamin :))


Saya acungi jempol karena Miles benar-benar sukses memilih tempat-tempat seru di Jogja dari sekian banyak tempat wisata yang ada. Meskipun nggak semuanya anti-mainstream, tapi setting dari setiap tempat bisa bener-bener senyawa gitu sama adegan yang dilakukan Rangga dan Cinta. Tapi yang saya heran, dari awal sampai akhir cerita, sepertinya nggak ada sama sekali landscape Tugu Jogja as an icon for this city. Entah karena sengaja dilewatkan karena terlalu mainstream atau karena alasan lain, kekurangan itu bisa ditutupi dengan berbagai scene yang membuat penonton tidak mempersoalkan hal ini.

Musik

Terakhir, soal musik. Nyawanya AADC itu memang ada di Melly Goeslaw dan Anto Hoed, kali, ya. Seperti yang sudah dibilang sama Mira Lesmana sendiri selaku produsernya, bahwa Melly Goeslaw dan Anto Hoed juga sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari AADC. Saya sih emang nggak begitu paham musik, tapi saya merasa kalau seandainya #AADC2 ini diisi dengan musik yang bukan dari Melly Goeslaw atau Anto Hoed, rasanya pasti bakalan beda. Atmosfirnya beda. 'Nyawa' ceritanya juga beda. 

OST-nya seperti yang kita tahu ada yang recycle, ada juga yang baru. Tapi buat saya sih yang paling seru musik pengiringnya. Dari nada-nada khas lagu AADC, ada yang dirubah jadi Hip Hop buat mengisi scene party dan pameran, ada yang dirubah jadi irama sedih buat scene yang bikin terharu, ya gitu deh pokoknya. Berasa nada-nada itu tuh udah jadi identitasnya AADC, gitu.

Well, mungkin itu sedikit cerita dari saya dengan #AADC2. Bagi yang mau komentar, diharap jangan spoiler, ya. Kalau untuk sama-sama review film ini secara umum, boleh banget :)

You Might Also Like

2 Comments

  1. What? waktu AADC 1 tayang kamu masih SD kelas 3? Tahun segitu saya lagi nyusun skripsi huhehhe *umpetin KTP* Duh senengnya punya script AADC. Iya nih, kalau puisi jadi ruhnya AADC 1, yang kedua diselamatkan dengan detil Yogya dan lagu-lagunya Melly Goeslaw.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, Mbak Efi udah nulis skripsi aku masih nulis diary mbaa :')) Yup bener banget, Mba. Seandainya setting-nya nggak di Jogja, kayaknya hasilnya gak akan se-epic ini deh :) Btw thankyou udh mampir mba.. Salam kenal :D

      Delete